Cerita Dongeng: Kunyit, Jahe, Kencur dan Lengkuas

Cerita Dongeng: Kunyit, Jahe, Kencur dan Lengkuas

kumpulan cerita dongeng sebelum tidur

Seorang gadis desa yang miskin berencana pergi meninggalkan rumah untuk bekerja. Ia ingin membahagiakan nenek yang telah merawatnya sejak kecil, karena hanya neneklah keluarga satu-satunya di dunia ini. Setelah meminta izin kepada sang nenek, ia pun menyiapkan perbekalan dan berpamitan. Namun, sebelum pergi, nenek memberinya sebuah kunyit, jahe, kencur, dan lengkuas.

“Kau akan membutuhkan ini suatu hari nanti,” ujar nenek. Ia pun memasukkan beberapa bumbu tadi ke dalam kantong perbekalan.

Sang gadis mencari pekerjaan ke sana kemari, hingga ia bertemu dengan seorang penyihir tua yang jahat. Ia menyamar menjadi seorang wanita cantik. Agar sang gadis mau bekerja dengannya, ia berpura-pura baik terhadap sang gadis. Sang gadis pun bekerja pada penyihir.

Namun, penyihir memberikan syarat kepada sang gadis, yakni sang gadis tidak boleh masuk ke ruang bawah tanah. Sang gadis pun setuju.

Suatu hari saat penyihir sedang pergi dan sang gadis sedang asyik membersihkan rumah penyihir, sang gadis melihat sebuah ruangan yang di bawahnya begitu kotor dan bau. Ia pun berniat membersihkan ruangan itu. Namun, saat ia masuk ke dalam ruangan yang begitu gelap, ia terjatuh dan terperosok ke dalam ruang bawah tanah.

Sang gadis yang ketakutan berusaha mencari-cari cahaya karena suasananya sangat gelap. Akhirnya ia berhasil menemukan sebuah lampu gantung dan menghidupkannya. Alangkah terkejutnya ia ketika lampu sudah menerangi ruangan di sekitarnya. Lampu itu dipegang oleh seorang pelayan yang dikutuk oleh penyihir. Sang gadis sontak berteriak dan mengejutkan seisi ruangan.

“Gadis cantik, aku dulu pelayan di sini dan penyihir mengubahku menjadi tempat untuk menggantung lampu. Kau lihat di sekelilingmu, banyak pelayan yang diubah oleh penyihir jahat menjadi gantungan mantel, pemegang cermin, dan masih banyak lagi. Pergilah secepatnya sebelum kau bernasib seperti kami.”

Sang gadis yang ketakutan segera berlari keluar. Tidak lupa ia membawa kantong perbekalan yang dulu dibawanya dari rumah. Namun, belum lama sang gadis pergi, penyihir pulang ke rumahnya dan sangat marah mengetahui sang gadis telah pergi. Ia pun mengejar sang gadis yang lari ketakutan. Penyihir yang memiliki kemampuan hebat mengubah sapu lidi menjadi sapu terbang, dan dengan secepat kilat sang gadis dapat dikejar.

Sang gadis melihat ke belakang, tampak penyihir jahat sudah berada dekat di belakangnya. Ia merogoh kantong bekalnya untuk melempari penyihir agar ia jatuh dari sapunya dan berhenti mengejarnya.

Saat tangannya merogoh kantong bekal, tangannya mendapatkan buah kunyit. Sang gadis melempar kunyit tepat mengenai wajah penyihir. Seketika itu juga wajah penyihir menjadi kuning, seluruh tubuhnya menjadi kuning, lama kelamaan kulitnya yang kuning itu tumbuh kudis dan membuat penyihir merasakan gatal yang luar biasa. Ia pun singgah di sebuah sumur dan membersihkan dirinya dari warna kuning dan kudisnya.

Setelah bersih dan kulitnya kembali seperti semula, ia pun kembali mengejar sang gadis. Sang gadis melempar penyihir dengan jahe, seketika itu juga tubuh penyihir tiba-tiba merasa hangat. Lama-kelamaan rasa hangat itu menjadi panas. Ia pun tidak tahan dengan panasnya dan kembali singgah di sebuah sumur untuk menghilangkan panasnya.

Setelah membersihkan tubuhnya dari jahe, ia kembali mengejar sang gadis. Sang gadis yang melihat penyihir sudah dekat, melemparnya dengan kencur. Seketika itu juga kencur itu membuat tubuh penyihir menjadi beraroma kencur, lama-kelamaan aroma itu semakin pekat dan bau. Membuat penyihir pusing dan mual. Penyihir yang pusing itu berhenti lagi di sebuah sumur untuk membersihkan aroma kencur dari tubuhnya. Setelah merasa cukup, ia melanjutkan mengejar sang gadis.

Hanya lengkuas yang tersisa di dalam kantong bekal sang gadis. Saat melihat penyihir yang mengejarnya sudah mendekat dengan wajahnya yang marah, ia pun melempar lengkuas dengan sisa tenaganya, tepat mengenai mata penyihir. Penyihir merasakan matanya menjadi perih dan kepedasan. Penyihir berteriak sambil berusaha membersihkan matanya yang pedas, namun ia tidak bisa melihat. Sapu terbangnya terlepas dan terbang tanpa dirinya.

Penyihir jatuh terjembap ke tanah, rasa pedas lengkuas semakin menggila. Penyihir pun mengutuk sang gadis, namun karena panik ia salah mengucapkan matra. Tongkat sihirnya juga terbalik, tongkatnya justru mengarah padanya. Seketika si penyihir jahat berubah menjadi nenek tua biasa. Ia telah mengucapkan mantra penghilang kemampuan sihir.

Matanya sudah bisa melihat, tapi kemampuan sihirnya hilang. Sang gadis pulang ke rumahnya dengan selamat. Pelayan lain yang telah dikutuk oleh penyihir kembali menjadi manusia dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Mereka berterima kasih pada sang gadis karena telah menyelamatkan hidupnya.