Ilustrasi pengemis. (Foto: Grid.id) |
SEORANG PENGEMIS MENGAJARIKU SEBUAH DOA. CERITANYA BEGINI:
Tiba-tiba saja datang seorang pengemis. Nampak kelaparan dan meminta makanan. Saya sampaikan baik-baik kepadanya agar lewat pintu belakang dan duduk santai di lantai, sambil menunggu saya mengambilkan makanan yang memang masih tersisa.
Sebelum dia memakannya, saya mengajaknya berdoa "Bapa Kami".
Ikuti saya ya pak : "Bapa kami yang ada di Surga..... "
Lalu bapak pengemis itu berkata : ""Bapamu yang ada di Sorga".
"Bukan pak, katakan Bapa kami yang ada di Sorga". Lagi-lagi dia berkata :
"Bapamu yang ada di Sorga."
Saya mulai kesal dan bertanya dengan nada meninggi :
"Kenapa selalu mengatakan Bapamu...kamu dan kami itu berbeda..."
Lalu dia menjawab lirih :
"Maaf pak.....! Jika saya mengatakan "Bapa Kami", maka kita bersaudara. Jika kita bersaudara, bapak akan mengundang saya melalui pintu depan dan bukan dari belakang. Lalu bapak akan meminta saya untuk duduk bersama semeja makan dengan bapak, tidak di lantai. Bapak juga tak akan memberi saya makanan sisa. Bagaimana mungkin kita menjadi anak dari "Bapa" yang sama ?"
Saya terperangah.
"Dia mungkin Bapamu, tapi dia tidak bisa menjadi Bapa Kami.
Jadi Bapa siapakah Dia ?" Lanjut pengemis itu.
Secercah kebenaran iman menghantam hati saya. Tuhan mengajarkan kebenaran faktual tentang Makna doa "Bapa Kami" kepada saya melalui seorang pengemis.
Ya benar. Tuhan menjadi "Bapa" kita, ketika kita memperlakukan satu sama lain sebagai saudara siapapun mereka.
Kita Belajar Dari Raja Daud yang Makan Sehidangan Dengan Mefiboset Yang Timpang,Keturunan Raja Saul Yang Memusuhi Raja Daud ( 2 Samuel 9 : 1-13).
SELAMAT BERKARYA.
DOAKU TERUS MENYERTAI.
Sumber: Misi Rumah Doa Peduli
BACA LAINNYA:
- Miliarder Ini Pilih Rawat Sendiri Istri Selama 25 Tahun - New!
- 5000 Rupiah, Zaman sekarang dapat Apa: Jangan Mengeluh Terus!
- Alam Tidak Butuh Manusia: Karena Kita Adalah Tamu di Bumi
- Catatan Sang Guru: Kalau Anakmu tidak Mau Dididik oleh Guru, Silahkan Terbitkan Ijazah Sendiri
- Ilustrasi Kehidupan: Kemuliaan Hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup
- Ini Bukti, Sesungguhnya Perempuan Itu Lebih Kuat Dari Laki-Laki - New!
- KISAH INSPIRATIF Dari AKBP Cepi Noval
- KISAH NYATA: Berkat dan Kuasa Pengampunan
- Kisah Alm. Ani Yodhoyono: Ini Alasan Mengapa Kamu Harus Sayangi Saudara Sekandung, Walau Terkadang Dia Menyebalkan
- Kisah Inspirasi: Ayah "Korbankan" Aku Demi Kebahagiaan Orang Lain
- Lubang Kecil Itu Seharga Nyawa Anak-anakku
- Makna Kata: Filosofi Kata "Pantang"
- Mengenang 47 Tahun Wafatnya Bung Karno: Pemimpin Besar Revolusi, Bapak Bangsa
- Mengenang Conelis Lay: Celengan Bambu, Intelektual Dan Politik Praktis
- Motivasi Hidup: Aku Yang Dulu dan Aku Yang Sekarang
- Nelson Mandela dan Dendam
- Renungan Harian: "SADARILAH INI SEBELUM KITA MENYESAL"
- Renungan Harian: BETULKAH ANDA TIDAK SOMBONG
- Renungan Harian: MATEMATIKA KEHIDUPAN
- Renungan Hidup dari Grace Natalie: Sayangi Orangtua mu Selagi Mereka Masih Hidup
- SAPAAN ITU TERNYATA HARGANYA SENILAI NYAWA: Ini Alasan Mengapa Kamu Wajib Tegur Sapa Security Di Tempat Kerjamu
- Terima Kasih Ayah: Aku Lahir Prematur dan Kini Hidup Hanya Karena Anugerah
- Terima Kasih Ibu: Saya Mencintai Ibu
- Yacouba Sawadogo, Lelaki Yang Menghentikan Badai Padang Pasir di Afrika Barat