Cerita Dongeng Sebelum Tidur: Kontes Kikir

Cerita Dongeng Sebelum Tidur: Kontes Kikir

kumpulan cerita dongeng sebelum tidur

Cerita Dongeng Anak-anak: Kontes Kikir

Ada sebuah desa yang disebut Desa Kikir karena hampir semua penduduknya memiliki sifat kikir. Seorang pengembara yang kebetulan melintas di desa itu merasa sangat lapar. Alangkah terkejutnya pengembara itu karena hampir semua penduduk desa memiliki harta yang melimpah, namun tidak ada satu orang pun yang menikmati hartanya.


Mereka justru menumpuk kekayaan dan hidup sangat irit.
Ada seorang wanita tua yang memiliki rumah besar dan perkebunan luas, namun hanya makan keju busuk sekali sehari yang ia beli dengan harga murah. Ada juga seorang ayah yang memiliki anak perempuan yang sakit, namun ia tidak segera membawa anaknya ke dokter.

Ia hanya membeli lada hitam yang sudah kadaluarsa untuk membuat anaknya selalu bersin, dengan begitu ia berharap penyakitnya segera keluar dari tubuh anaknya. Ada juga sepasang suami istri yang menimbun semua sampah di rumahnya, untuk digunakan kembali suatu saat nanti

Pengembara yang lapar itu kemudian berpikir, bagaimana caranya ia mendapatkan makanan dari orang-orang kikir itu. Jika ia meminta makanan dengan mengetuk pintu rumah penduduk, sudah tentu ia tidak akan mendapatkan secuil nasi pun.

Pengembara lalu mengadakan sebuah Kontes Kikir, pemenangnya akan mendapatkan sebuah hadiah emas yang besar dan berat. Tidak ada satu penduduk pun yang tidak mengikuti kontes itu. Semua bersemangat karena ingin mendapatkan emas.

Syaratnya adalah siapa yang bisa menyajikan makanan paling enak untuk pengembara, ialah pemenangnya. Penduduk berbondong-bondong mengikuti kontes.

Pengembara mencicipi makanan yang dibawa wanita tua. Ia membawa keju yang selalu ia makan, keju yang sudah bau dan busuk yang ia beli dengan harga sangat murah. Pengembara lalu mencicipi makanan yang dibawa oleh seorang pria.

Ia tidak ingin mengeluarkan uang sepeser pun dengan membawa air sumur dan memberikan pada pengembara. Lalu sepasang suami-istri yang tidak ingin menyia-nyiakan tenaga dan uangnya. Mereka mengambil sisa makanan yang ada di tumpukan sampah di rumah

untuk pengembara. Penduduk lain ada yang memberikan tomat busuk, ada juga yang memberikan sup garam, kulit buah apel yang sudah dibuang, dan yang terakhir seorang pria tua, yang memungut secuil kapur yang tercecer di jalan, lalu menggambar semangkuk bakso di meja yang ada di hadapan pengembara.

Tibalah saatnya pengembara mengumumkan siapa yang menjadi pemenang kontes, saat yang ditunggu-tunggu oleh penduduk desa. Semua berharap merekalah yang menjadi pemenang dan membawa pulang emas yang berat dan besar.

Pengembara lalu membuka sebuah bungkusan. Ia mengeluarkan isi bungkusan yang sebenarnya kosong. Dengan kedua tangannya, ia berpura-pura mengangkat emas yang besar dan berat. Ia pun membawanya dengan setengah membungkuk, seolah yang ia bawa sangatlah berat.

Pemenangnya adalah pria tua, karena ia tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk menyajikan makanan enak. Bahkan tenaga yang ia keluarkan sangatlah kecil, karena ia hanya menggambar saja. Pengembara menyerahkan emas pura-pura yang besar dan berat itu kepada pria tua. Tentu saja pengembara tidak akan sungguh-sungguh memberikan emas kepada orang yang kikir