Sang penyihir semakin marah. Ia pun membelah perut angsa itu, berharap menemukan telur emas di dalamnya. Namun, penyihir harus menelan kekecewaan karena tidak ada satu telur emas pun di dalam perut angsa.
Saat gadis cilik mengetahui angsanya telah pergi, ia sangat sedih. Ia mengira sahabatnya itu pergi karena sudah tidak ingin bersamanya lagi. Ia merasa bersalah karena ia mengira angsa telah lelah bertelur dan meninggalkan dirinya.
Gadis cilik melihat beberapa helai bulu angsa tergeletak. Ia pun mengambil bulu-bulu angsa itu. la menyimpan bulu angsa itu baik-baik karena hanya itu yang dapat mengingatkan dirinya pada angsa yang telah bersamanya sejak lama. Bulu-bulu itu disimpannya di dalam sebuah kotak.
Keesokan harinya saat gadis cilik membuka kotak yang berisi bulu angsa, ia terkejut karena bulu angsa itu sudah berubah menjadi beberapa helai kain. Gadis cilik yang keheranan mengambil kain itu. Saat menyentuhnya ia merasa seperti tengah menyentuh angsa miliknya yang hilang.
Ia pun menenun kain untuk menjadikannya sebuah baju. Setelah berhasil membuat sebuah baju. ia kembali membuka kotak tempat menyimpan bulu angsa. Alangkah terkejutnya ia karena kembali mendapati kain yang lembut seperti bulu angsa di dalam kotak. Begitu setiap harinya. Gadis cilik akhirnya menjadi pembuat dan penjual baju, karena setiap ia membuka kotak, ia mendapat kain yang lembut seperti bulu angsa.
Bunga terlihat sedikit lelah, karena beberapa ekor ulat bergelantung di dahan kecilnya dan bersembunyi di balik daun-daunnya. Membuat rantingnya menjuntai menahan berat ulat yang bertubuh gendut itu. Ulat itu menggerogoti sebagian daunnya yang berwarna hijau.
Bunga merasa sedih, ia tumbuh dengan menyerap air dan nutrisi menggunakan akarnya dari dalam tanah, ulat datang dengan kaki-kakinya yang melekat dan memakan satu per satu daun milik bunga.
Dari kejauhan ada seekor lebah hinggap di pohon yang jauh lebih besar dari bunga. Ia memperhatikan bunga yang sejak tadi kepanasan dan kelelahan, serta wajah kesalnya pada ulat yang menikmati daun-daun miliknya. Lebah pun tersentuh untuk mendekati bunga.
“Bunga, kau terlihat sangat lelah dan layu, mau aku bawakan sedikit air untuk menyiramimu?”
“Tidak perlu lebah, aku sudah terbiasa seperti ini, aku akan kembali segar saat matahari berada di ufuk barat.”
“Bunga, aku melihatmu sebagai sosok yang sangat hebat. Kau berdiri tegak walau tangkaimu tak begitu besar. Daun-daun segarmu dibiarkan dimakan ulat, padahal kau dengan susah payah mencari makanan dari dalam tanah. Mahkotamu yang indah membuat manusia menyukaimu dan dengan mudahnya mereka memetiknya dari tangkaimu,” kata lebah dengan penuh rasa bangga pada bunga.
“Hidupku yang tidak begitu lama ini ingin aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk dapat berguna bagi makhluk lain. Aku sudah sangat bersyukur karena di dalam tanah tempatku berpijak, tersimpan begitu banyak makanan enak yang membuatku begitu cepat tumbuh besar. Aku juga berterima kasih pada matahari karena sinarnya telah membantuku dalam proses penyerapan makanan. Semua itu aku dapatkan dengan gratis.” Lebah mengangguk mendengar penjelasan bunga.
“Aku ingin sepanjang hidupku, dapat bermanfaat bagi semuanya. Kau tahu, Lebah? Di dalam kelopak bungaku terdapat sari bunga yang jika kau minum akan terasa manis dan kau pasti suka,” tambah bunga. Lebah merasa sedikit ragu, apakah bunga ingin menipu dirinya ataukah memang benar yang ia katakan.
“Cobalah, kupu-kupu melakukan itu dan mereka sangat suka karena rasanya yang enak dan manis.” Lebah pun menuruti yang dikatakan bunga.
Lebah yang ragu mencicipi sedikit sari bunga, matanya terbelalak seketika dan ia pun langsung meminum sari bunga yang ada di dalam kelopak bunga temannya itu. Bunga hanya tersenyum melihat lebah yang menyukai sari bunga miliknya.
“Kau bisa datang setiap hari ke sini. Aku akan membuatkanmu sari bunga paling manis. Namun, aku memintamu satu hal. Hidupku tidak akan lama, jadi sari-sari yang menempel pada tubuhmu itu tolong sebarkan pada bunga-bunga lain agar tumbuh bunga-bunga baru menggantikanku.” Lebah pun setuju.
Setelah menyerap sari bunga ia pun menyebarkan serbuk sari bunga pada bunga lain agar ia tumbuh menjadi bunga baru.
Tak lama kemudian, lebah datang lagi untuk ke sekian kalinya pada bunga. Namun, ternyata sang bunga telah mengering dan mati. Lebah sedih atas kepergian sahabatnya itu. Namun, ia melihat begitu banyak bunga lain yang tumbuh di sekitarnya, mereka tampak subur.
Lebah pun ingin dirinya bermanfaat bagi makhluk lain. Sari bunga yang ia minum dari kelopak bunga, dibuatnya menjadi sebuah madu. Madu sangat bermanfaat bagi manusia, banyak manusia yang mencari madu yang dihasilkan lebah untuk dijadikan obat, vitamin, ataupun yang lain